hidup ini perjalanan yang panjang namun singkat menuju kematian. hidup di dunia selalu berisi tantangan, ujian, dan kesiap siagaan dalam menghadapi perubahan yang terjadi. bergantinya zaman berganti pula tampilan wajah kehidupan, arus kehidupan dunia yang kadang sulit diprediksi membawa dampak pada perubahan sikap, pembentukan mental, dan pembawaan karakter untuk menyesuaikan dengan kehidupan dunia yang sejatinya adalah kehidupan yang tak perlu dipersoalkan selama kita memahami batasan apa yang ingin kita capai, tujuan-tujuan yang jelas, dan target yang memberikan impact positif dan perbaikan jangka panjang terutama pada kehidupan akhirat.
seringkali dalam kehidupan ini berisi beragam penawaran, pilihan-pilihan, dan godaan yang bisa saja secara tiba-tiba mengambil hati untuk diberi perhatian. wahai saudara-ku, hendaknya engkau memikirkan dahulu segala rencana-rencana mu, meski itu rencana kecil, terutama yang berkaitan dengan urusan dunia. sebab ada banyak orang yang memiliki tujuan mulia, namun ketika ia hendak keluar rumahnya, setan sudah menunggu lebih dulu di pintu rumah untuk mengikat leher manusia dan mengacau kan tujuan utamanya. keinginan-keinginan manusia yang tidak habisnya ditambah tampilan kehidupan dunia yang mengundang selera nafsu syahwat begitu muda memalingkan pandagan seorang manusia dari meliha akhirat.
mohonlah kepada Allah SWT dalam setiap waktu, dan teruslah ingat Allah SWT dalam segala keadaan karena bisikan dunia tak henti-hentinya mengundang hati untuk menjatuhkan dirinya pada kenikmatan yang berujung pada penyesalan. setiap manusia tentunya menginginkan beragam kebutuhan untuk kesejahteraan dirinya, bila itu baik maka ambilah, bila manusia mengambil sesuatu dengan tujuan hanya untuk bersenang-senang, menemani waktu istirahat, seringkali hal itu akan menjadi perubahan pada sikap hati yang senang mengambil sikap berleha-leha, mengutamakan sikap istirahat, dan selalu merindukan waktu luang.
begitupun kita lihat saat orang-orang membelanjakan hartanya, pertimbangannya adalah karena itu terlihat menawan bagi dirinya, dapat menaikan derajat pemakainya, tanpa mempertimbangkan pemakaian dan pemanfaatan yang berjangka panjang. cukuplah kita memandang segala aktivitas didunia ini untuk memenuhi tuntutan agama, menyempurnakan kewajiban ibadah kepada Allah SWT, merealisakan gerak hati pada kebaikan-kebaikan, dan menolak segala tawaran-tawaran yang mengatasnamakan kebaikan dunia bila kita tahu hal itu hanya buang-buang waktu. karena memiliki tujuan yang jelas merupakan sikap bersyukur atas segala waktu dan keadaan yang sudah Allah swt berikan.
The Sunardi Company. Inc
temukan hikmah disetiap ruang dan waktu
Rabu, 26 Desember 2018
Sabtu, 05 November 2016
Pagi Hari ( kesiapan hati dan takdir illahi )
hendaknya setiap hamba tidak banyak disibukan dan dibebankan dengan segala rencana-rencana rumit yang hendak dilakukannya, lebih baik ia mempersiapkan hati nya , mengukuhkan jiwanya, dengan segala lautan takdir illahi yang hendak datang kepada dirinya, sehingga pada pagi hari hingga sore hari ia tetap istiqomah dan tetap kepada pandangan musyahadah atas peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dirinya dan orang lain, dan hal itu tidak membolak-balikan perasaanya. hingga iman nya tetap mantap dan kukuh, jiwa nya tidak terpengaruh pada gejolak yang mempengaruhi ahwal dirinya.
hendaknya pada pagi hari, seorang hamba membekali dirinya dengan dzikir sesudah subuh sebagai sarana persiapan dalam perniagaan dunia untuk membeli nilai akhirat, duduk sebentar dan mengingatkan kepada jiwa nya bahwasanya ini ialah waktu yang ditetapkan terakhir kalinya , bilangan nafasnya telah ditetapkan, sehingga jiwanya tidak berpaling kepada tujuan niaga itu itu, modal umurnya tidak habis dengan hal yang sia-sia, dan pandangannya tetap lurus kepada amanah tuhan tanpa dibingungkan beragam persimpangan pemikiran.
hendaklah setiap mukmin yang ada di pagi hari tidak menunggu datangnya sore hari, begitu pun sebaliknya, nikmatilah waktu yang ditetapkan baginya sebagai modal yang mahal dan berharga, dirinya tidak disibukan dengan hal-hal yang masih ghaib, tidak menanti apa yang belum terjadi, menyikapi dirinya sebagai pengamat yang terlepas dari perilaku yang dapat menghanyutkan diri nya kepada lautan dunia yang bisa membingungkan pandangan hati nya, dan yang terpenting selalu ingat pada allah swt dan tidak tertipu atas bisikan nafsu nya. amin.
sebab suasana batin begitu dipengaruhi suasana dzahir, sehingga ahwal ( motif atau dorongan ) mempengaruhi perilaku amal. sebab betapa pikiran mudah dipengaruhi suasana hati, yang dapat mempengaruhi kepada gairah tindakan dan perbuatan serta segala rencana yang hendak dilakukan. pandangan pada kekuatan dunia sebagai sebab dan pemberi kesan begitu kuat , sehingga keadaan hati seorang hamba mudah di pengaruhi oleh kesan-kesan dari setiap peristiwa yang dilihatnya, tumpuan pada pandangan semata sedang hati yang lupa menyebabkan segala kebahagiaan, ketergantungan, dan kepercayaan nya masih tertumpu pada kejadian-kejadian yang datang kepada nya, terlebih kepada lautan takdir Nya.
hendaknya pada pagi hari, seorang hamba membekali dirinya dengan dzikir sesudah subuh sebagai sarana persiapan dalam perniagaan dunia untuk membeli nilai akhirat, duduk sebentar dan mengingatkan kepada jiwa nya bahwasanya ini ialah waktu yang ditetapkan terakhir kalinya , bilangan nafasnya telah ditetapkan, sehingga jiwanya tidak berpaling kepada tujuan niaga itu itu, modal umurnya tidak habis dengan hal yang sia-sia, dan pandangannya tetap lurus kepada amanah tuhan tanpa dibingungkan beragam persimpangan pemikiran.
hendaklah setiap mukmin yang ada di pagi hari tidak menunggu datangnya sore hari, begitu pun sebaliknya, nikmatilah waktu yang ditetapkan baginya sebagai modal yang mahal dan berharga, dirinya tidak disibukan dengan hal-hal yang masih ghaib, tidak menanti apa yang belum terjadi, menyikapi dirinya sebagai pengamat yang terlepas dari perilaku yang dapat menghanyutkan diri nya kepada lautan dunia yang bisa membingungkan pandangan hati nya, dan yang terpenting selalu ingat pada allah swt dan tidak tertipu atas bisikan nafsu nya. amin.
sebab suasana batin begitu dipengaruhi suasana dzahir, sehingga ahwal ( motif atau dorongan ) mempengaruhi perilaku amal. sebab betapa pikiran mudah dipengaruhi suasana hati, yang dapat mempengaruhi kepada gairah tindakan dan perbuatan serta segala rencana yang hendak dilakukan. pandangan pada kekuatan dunia sebagai sebab dan pemberi kesan begitu kuat , sehingga keadaan hati seorang hamba mudah di pengaruhi oleh kesan-kesan dari setiap peristiwa yang dilihatnya, tumpuan pada pandangan semata sedang hati yang lupa menyebabkan segala kebahagiaan, ketergantungan, dan kepercayaan nya masih tertumpu pada kejadian-kejadian yang datang kepada nya, terlebih kepada lautan takdir Nya.
Sabtu, 09 Juli 2016
Mengurai Makna Halalbihalal
hari ini tanggal 10 juli 2016, alhamdulillah masih dalam suasana lebaran hari ke-5 dari tanggal merah idul fitri 1437 yang sudah ditetapkan pemerintah.
biasanya pada saat berlebaran, situasi umum yang berlaku dimanapun ialah adanya tradisi halalbihalal, atau bahasa sehari-hari nya orang lebih mengartikan kepada salam-salaman ( bermusyafahah ) atau kunjung-mengunjungi ( silaturahim ),
TAPI, APA SIH SEBENARNYA MAKNA DARI " HALALBIHALAL " ?
M. Qurasih dalam bukunya yang berjudul Membumikan Al Qur an memberikan penjelasan mengenai pengertian dan makna yang terkadung dalam Halalbihalal. Menurutnya halalbihalal memilik beberapa arti.
Dari tinjauan kebahasaan. Kata halalbihalal berasal dari kata halla atau halal yang bisa berarti menyelesaikan persoalan atau problem, meluruskan benang kusut, mencairkan air yang keruh, dan melepaskan ikatan yang membelenggu.
Dengan demikian dengan adanya acara halalbihalal diharapkan hubungan yang selama ini keruh dan kusut dapat segera diurai dan dijernihkan. Halalbihalal bermakna untuk merekontruksi relasi kemanusiaan yang lebih sejuk dan menentramkan.
Kalau menurutTinjauan hukum. Kata halal digunakan sebagai lawan dari kata haram dan makruh. Dengan pengertian ini maka halalbihalal mengandung arti kekinian setiap orang yang berhalalbihalal untuk membebaskan diri dari perbuatan yang haram dan makruh, atau membebaskan diri dari perbuatan dosa.
ya mudah-mudahan bisa di mengerti, dan ketika berlebaran tiba , biasanya silaturahmi dan berliburan merupakan satu hal yang di pisahkan, biasanya bagi orang-orang kota begitu ingin kembali ke kampung halaman ( desa ), yang suasananya menentramkan dan berkumpul dengan keluarga sehingga kebutuhan manusia akan kebutuhan emosional dan psikologis terpenuhi.
karena waktu cuti kerja pada hari raya idul fitri itu cukup lama, maka setiap orang memanfaatkan momen-momen ini untuk liburan, setiap orang saling mengunjungi satu sama lainnya baik dengan teman dekat atau saudara yang jauh, atau yang kurang kenal sekalipun dan setiap orang merasa lapang dan gembira.
kita bisa melihat sendiri, yang tinggal di gunung begitu merindukan suasana pantai, dan yang tinggal dipantai merindukan suasanan sejuknya tinggal di pegunungan, yang di desa ingin ke kota dan begitupun sebaliknya, hikmahnya adalah agar setiap orang terdorong untuk bersilaturahmi dan menjelajahi bumi allah swt yang luas dan penuh pelajaran, terlebih kita bisa bertemu orang-orang baru dan kita bisa memilik banyak sarana silaturahmi, dan semakin banyak silaturahmi semakin banyak pula pintu rezeki yang terbuka.
biasanya pada saat berlebaran, situasi umum yang berlaku dimanapun ialah adanya tradisi halalbihalal, atau bahasa sehari-hari nya orang lebih mengartikan kepada salam-salaman ( bermusyafahah ) atau kunjung-mengunjungi ( silaturahim ),
TAPI, APA SIH SEBENARNYA MAKNA DARI " HALALBIHALAL " ?
M. Qurasih dalam bukunya yang berjudul Membumikan Al Qur an memberikan penjelasan mengenai pengertian dan makna yang terkadung dalam Halalbihalal. Menurutnya halalbihalal memilik beberapa arti.
Dari tinjauan kebahasaan. Kata halalbihalal berasal dari kata halla atau halal yang bisa berarti menyelesaikan persoalan atau problem, meluruskan benang kusut, mencairkan air yang keruh, dan melepaskan ikatan yang membelenggu.
Dengan demikian dengan adanya acara halalbihalal diharapkan hubungan yang selama ini keruh dan kusut dapat segera diurai dan dijernihkan. Halalbihalal bermakna untuk merekontruksi relasi kemanusiaan yang lebih sejuk dan menentramkan.
Kalau menurutTinjauan hukum. Kata halal digunakan sebagai lawan dari kata haram dan makruh. Dengan pengertian ini maka halalbihalal mengandung arti kekinian setiap orang yang berhalalbihalal untuk membebaskan diri dari perbuatan yang haram dan makruh, atau membebaskan diri dari perbuatan dosa.
ya mudah-mudahan bisa di mengerti, dan ketika berlebaran tiba , biasanya silaturahmi dan berliburan merupakan satu hal yang di pisahkan, biasanya bagi orang-orang kota begitu ingin kembali ke kampung halaman ( desa ), yang suasananya menentramkan dan berkumpul dengan keluarga sehingga kebutuhan manusia akan kebutuhan emosional dan psikologis terpenuhi.
karena waktu cuti kerja pada hari raya idul fitri itu cukup lama, maka setiap orang memanfaatkan momen-momen ini untuk liburan, setiap orang saling mengunjungi satu sama lainnya baik dengan teman dekat atau saudara yang jauh, atau yang kurang kenal sekalipun dan setiap orang merasa lapang dan gembira.
kita bisa melihat sendiri, yang tinggal di gunung begitu merindukan suasana pantai, dan yang tinggal dipantai merindukan suasanan sejuknya tinggal di pegunungan, yang di desa ingin ke kota dan begitupun sebaliknya, hikmahnya adalah agar setiap orang terdorong untuk bersilaturahmi dan menjelajahi bumi allah swt yang luas dan penuh pelajaran, terlebih kita bisa bertemu orang-orang baru dan kita bisa memilik banyak sarana silaturahmi, dan semakin banyak silaturahmi semakin banyak pula pintu rezeki yang terbuka.
Senin, 04 Juli 2016
Cara Manajemen Waktu ala imam Ghazali
hendaknya setiap diri memiliki ikatan janji harian dengan jiwa nya, sebab tanpa itu.. kebanyakan diri manusia menemukan bahwa hidupnya telah menyimpang dari tujuan yang sebenarnya.
begitulah kutipan dari ulama besar , hujjatul islam al-imam ghazali yang di tulis oleh syeikh said hawwa dalam "TAZKIYATUN NAFS "
waktu adalah uang, menurut kultur barat. waktu adalah pedang, menurut para ulama.
kedua pandangan tersebut memang benar kenyataan nya , bahwasanya waktu lebih bernilai dari uang itu sendiri , sedang uang yang hilang bisa kembali dan waktu yang telah hilang tidak bisa kembali, waktu pun memang lebih tajam dari pada pedang, siapa yang tidak memotong waktu maka waktu itulah yang akan memotong orang itu ( penj : penyesalan ).
setiap orang punya cara pandang yang berbeda-beda dalam menyikapi urusan waktu, hal ini berpengaruh bagaimana orang-orang menyikapi dan mengelola waktu hidupnya, sedang metode-metode atau prinsip-prinsip setiap orang yang sudah bisa memanfaatkan waktu dengan semaksimal mungkin berbeda pula, hal ini bergantung kepada tujuan atau untuk apa waktu itu di gunakan, karena untuk bisa mengelola waktu sebaik mungkin yang pertama adalah kesadaran tentang betapa penting nya waktu itu, keuntungan dari memanfaatkan waktu , dan untuk tujuan apa waktu itu di pergunakan.
sehingga kadang kala, sekalipun kita mendengar nasehat bijak para motivator ataupun kutipan orang-orang sukses tentang pentingnya waktu, kita masih saja sulit untuk bisa memaksimalkan waktu yang ada terlebih kita harus menghadapi kuatnya rasa malas , situasi lingkungan yang kurang mendukung terlebih tabiat manusia untuk mencari kenyamanan, dan lemahnya dorongan dalam diri untuk selalu berusaha semaksimal mungkin.
SEBAGAI UMAT ISLAM , TENTUNYA KITA DALAM MELAKSANAKAN SEGALA SESUATU NYA HARUS DENGAN ILMU , APABILA TUJUAN HIDUP KITA ORIENTASIKAN ADALAH IBADAH DAN SEGALA AKTIVITAS DUNIAWI KITA TUJUKAN KARENA ALLAH SWT, MAKA INSYA ALLAH SEGALA WAKTU YANG ADA AKAN MENJADI BAROKAH ( BERTAMBAH-TAMBAH KEBAIKAN ), HANYA SAJA MEMANG DI PERLUKAN ILMU-ILMU SEBAGAI SARANA BERIBADAH, DAN ILMU ITU HARUS DI CARI SELAIN SEBAGAI KEWAJIBAN JUGA SEBAGAI KEBUTUHAN , TERLEBIH PENGETAHUAN MANUSIA AKAN URGENSI WAKTU AKAN BERBANDING LURUS DENGAN SEMANGATNYA UNTUK TETAP MENGABDIKAN HIDUPNYA KEPADA ALLAH SWT, MAKA INILAH KEDUDUKAN SEORANG HAMBA.
oleh karenanya , betapa penting peran ulama bagi kehidupan manusia, seumpama penerang yang menunjukan jalan kehidupan, terlebih kita bisa melihat karya-karya ulama yang luar biasa dalam kitab-kitab tersusun tebal dan banyak yang apabila di bandingkan dengan umurnya yang singkat, tentu hal itu sulit untuk di imbangi dengan para sarjana atau profesor sekalipun yang apabila umurnya dilebihkan dari mereka ( baca : ulama salaf ), masih belum bisa mengimbangi dengan begitu banyak karya-karya nya bagi umat generasi masa kini, hal ini menandakan bahwasanya prioritas mereka terhadap waktu begitu tinggi, mereka memandangnya sebagai alat untuk ibadah , oleh karena nya tidak heran jika kita mencari referensi biografi para ulama-ulama dahulu, bahwasanya hidup mereka prioritaskan untuk menuntut ilmu dan beribadah.
begitupun dengan imam ghazali, yang banyak menulis buku-buku besar katakanlah al-ihya ulumuddin, DAN APA YANG AKAN KITA BAHAS DISINI ADALAH MANAJEMEN WAKTU SEBAGAI SARANA BERIBADAH.
hal ini meliputi Musyarathah , Muraqabah, Muhasabah, Mu'aqabah, mujahadah, dan Mu'atabah
(bersambung )..
begitulah kutipan dari ulama besar , hujjatul islam al-imam ghazali yang di tulis oleh syeikh said hawwa dalam "TAZKIYATUN NAFS "
waktu adalah uang, menurut kultur barat. waktu adalah pedang, menurut para ulama.
kedua pandangan tersebut memang benar kenyataan nya , bahwasanya waktu lebih bernilai dari uang itu sendiri , sedang uang yang hilang bisa kembali dan waktu yang telah hilang tidak bisa kembali, waktu pun memang lebih tajam dari pada pedang, siapa yang tidak memotong waktu maka waktu itulah yang akan memotong orang itu ( penj : penyesalan ).
setiap orang punya cara pandang yang berbeda-beda dalam menyikapi urusan waktu, hal ini berpengaruh bagaimana orang-orang menyikapi dan mengelola waktu hidupnya, sedang metode-metode atau prinsip-prinsip setiap orang yang sudah bisa memanfaatkan waktu dengan semaksimal mungkin berbeda pula, hal ini bergantung kepada tujuan atau untuk apa waktu itu di gunakan, karena untuk bisa mengelola waktu sebaik mungkin yang pertama adalah kesadaran tentang betapa penting nya waktu itu, keuntungan dari memanfaatkan waktu , dan untuk tujuan apa waktu itu di pergunakan.
sehingga kadang kala, sekalipun kita mendengar nasehat bijak para motivator ataupun kutipan orang-orang sukses tentang pentingnya waktu, kita masih saja sulit untuk bisa memaksimalkan waktu yang ada terlebih kita harus menghadapi kuatnya rasa malas , situasi lingkungan yang kurang mendukung terlebih tabiat manusia untuk mencari kenyamanan, dan lemahnya dorongan dalam diri untuk selalu berusaha semaksimal mungkin.
SEBAGAI UMAT ISLAM , TENTUNYA KITA DALAM MELAKSANAKAN SEGALA SESUATU NYA HARUS DENGAN ILMU , APABILA TUJUAN HIDUP KITA ORIENTASIKAN ADALAH IBADAH DAN SEGALA AKTIVITAS DUNIAWI KITA TUJUKAN KARENA ALLAH SWT, MAKA INSYA ALLAH SEGALA WAKTU YANG ADA AKAN MENJADI BAROKAH ( BERTAMBAH-TAMBAH KEBAIKAN ), HANYA SAJA MEMANG DI PERLUKAN ILMU-ILMU SEBAGAI SARANA BERIBADAH, DAN ILMU ITU HARUS DI CARI SELAIN SEBAGAI KEWAJIBAN JUGA SEBAGAI KEBUTUHAN , TERLEBIH PENGETAHUAN MANUSIA AKAN URGENSI WAKTU AKAN BERBANDING LURUS DENGAN SEMANGATNYA UNTUK TETAP MENGABDIKAN HIDUPNYA KEPADA ALLAH SWT, MAKA INILAH KEDUDUKAN SEORANG HAMBA.
oleh karenanya , betapa penting peran ulama bagi kehidupan manusia, seumpama penerang yang menunjukan jalan kehidupan, terlebih kita bisa melihat karya-karya ulama yang luar biasa dalam kitab-kitab tersusun tebal dan banyak yang apabila di bandingkan dengan umurnya yang singkat, tentu hal itu sulit untuk di imbangi dengan para sarjana atau profesor sekalipun yang apabila umurnya dilebihkan dari mereka ( baca : ulama salaf ), masih belum bisa mengimbangi dengan begitu banyak karya-karya nya bagi umat generasi masa kini, hal ini menandakan bahwasanya prioritas mereka terhadap waktu begitu tinggi, mereka memandangnya sebagai alat untuk ibadah , oleh karena nya tidak heran jika kita mencari referensi biografi para ulama-ulama dahulu, bahwasanya hidup mereka prioritaskan untuk menuntut ilmu dan beribadah.
begitupun dengan imam ghazali, yang banyak menulis buku-buku besar katakanlah al-ihya ulumuddin, DAN APA YANG AKAN KITA BAHAS DISINI ADALAH MANAJEMEN WAKTU SEBAGAI SARANA BERIBADAH.
hal ini meliputi Musyarathah , Muraqabah, Muhasabah, Mu'aqabah, mujahadah, dan Mu'atabah
(bersambung )..
Kamis, 30 Juni 2016
Faedah Ramadhan
(FAEDAH RAMADHAN)-
kita bukanlah pelaku suluk atau bagian dari majelis-majelis tirakat, kita hanyalah manusia berakal yang sedang di bebankan syariat , kita berjalan mengikuti zaman namun tanpa tahu arah dan tujuan, kita berjalan dengan anggota badan tanpa sadar kita telah melakukan kesia-siaan, betapa jauh kita dari pencapaian hakikat, jauh dari jangkauan syurga ruhani dan terombang-ambing oleh cita-cita dan ambisi duniawi.
kita bukanlah pelaku suluk atau bagian dari majelis-majelis tirakat, kita hanyalah manusia berakal yang sedang di bebankan syariat , kita berjalan mengikuti zaman namun tanpa tahu arah dan tujuan, kita berjalan dengan anggota badan tanpa sadar kita telah melakukan kesia-siaan, betapa jauh kita dari pencapaian hakikat, jauh dari jangkauan syurga ruhani dan terombang-ambing oleh cita-cita dan ambisi duniawi.
...
setiap orang memiliki jalannya masing-masing ( thariqah dan mazhab ), namun ada beberapa yang bisa sampai ke tujuan ( wushul ), beberapa lagi duduk berwirid, ibadah, melakukan ibrah, dan riyadhoh hingga kepada derajat istiqomah, namun hati mereka sudah berangkat terlepas dari segala persepsi tujuan duniawi yang tak ada habisnya, 11 bulan berjalan mengitari orbit zaman sedang hati dan pikiran sudah putus asa dan mengalami kebosanan. seperti air yang menggenang tanpa mengalir menuju samudra yang lebih luas, lalu keruh dan akhirnya kering makna dan arti.
....
segala sesuatu perlu pembiasaan, ibadah puasa, sholat, tarawih, tilawah, mujahadah, dan muhasabah tentu perlu dilatih dan di aplikasikan karena ini merupakan sarana pensucian jiwa dan pembersihan hati ( tazkiyatun nafs ), amalan-amalan ini merupakan suatu paket dalam pembentukan perilaku diri yang condong pada kebebasan diri namun sayangnya hati masih terikat dan berkarat, pada kondisi ini sulit melihat nikmat disetiap harta yang di dapat, sehingga perlu suatu wadah yang membentuk disiplin jiwa dan pengendalian diri sehingga manusia dapat menaiki kedudukan ( maqam ) mulia dari derajat hewani kepada derajat malaikat , pada fase ini intuisi mulai aktif dan cahaya hati mulai menerangi akal sehingga kecerdasan sosial dan kesalehan individu menjadi mutiara yang dapat dijual dalam setiap transaksi kehidupan, engkau pantas di sebut pemenang, engkau laksana mujahid yang menunggangi kuda nafsu, bukan nafsu yang mengikat leher-mu lalu menunggangi mu dan mempermainkan-mu.
...
ramadhan yang penuh barokah, rohmah, dan maghfirah merupakan suatu jalan pembentukan diri ( tarikat) yang tunduk pada ketentuan illahiyah , hingga semangat ubudiyah merupakan prinsip kehidupan diri, dan yang terpenting bila kita benar-benar memahami segala perintah atau anjuran ( sunnah ) ramadhan ini, kita akan mendapatkan banyak kebaikan-kebaikan ( maunah ) hingga kepada maqam aslim ( penyerahan sesungguhnya ), hingga kita berada pada golongan orang yang ikhlas dalam menjalankan amanah kehidupan dan bila kita sudah dekat ( taqarrub ) , kita akan didudukan dalam suatu majelis yang allah hamparkan dengan rahmat-Nya dan duduk berbahagia bersama kaum shiddiq, auliya, muwahid, syuhada pada derajat istiqomah.
Kamis, 02 Juni 2016
hubungan takdir dan usaha
TAKDIR ialah KUASA & KEHENDAK ALLAH SWT, USAHA merupakan PERBUATAN MANUSIA . ALLAH SWT berhak menguji HAMBA-NYA dengan TAKDIR-NYA sedang MANUSIA selaku MAKHLUK-NYA tidak berhak menguji allah swt dengan USAHA nya.
lalu, kalau semuanya diatur , lantas kita harus usaha ?
sebab usaha-usaha manusia sendiri merupakan kuasa allah swt yang di
titipkan kepada manusia , manusia tergerak untuk melakukan usaha di
sebabkan adanya ilham ( intuisi ) atau niat ( intention ) di dalam hati
dan itupun merupakan kehendak allah swt yang di turunkan kepada setiap
hati ( Qalbu ) hamba-Nya.
setiap muslim wajib beriman kepada takdir allah swt ( Qadha dan
Qadar-Nya ) , sebab dengan hal itu seorang muslim bisa menjadi ridho dan
paham segala maksud dari kejadian-kejadian yang dalam kehidupan dan
segala apapun yang di peroleh bahwasanya hal itu datang dari allah swt
semata, dan tidak ada yang kebetulan di dunia ini, sebab segala sesuatu
sudah memiliki ketentuan, ukuran , batasan , dan kadar nya
masing-masing. hal ini dapat di pahami bahwa sanya , setiap manusia
memiliki keinginan yang berbeda-beda , gairah ( passion ) berupa hobi
atau minat, hal ini mempengaruhi manusia dalam menentukan karir di
kehidupannya lalu mendorong manusia untuk terampil serta menekuni
keahlian berdasarkan latar belakang ke ilmuan nya. ada yang jadi
psikolog, dokter, ulama, guru, pedagang, pengusaha, karyawan, dan
profesi lainnya sehingga dengan keanekaragaman itu manusia saling
membutuhkan satu sama lain, dan tercapailah sarana-sarana silaturahmi (
hablu minannas ) sebagai bentuk syukur atas karunia kehidupan yang allah
swt berikan ( hablu minallah ).
lalu, kalau semuanya diatur , lantas kita harus usaha ?
mengutip salah satu syarah ( komentar ) al-hikam, karya ibn athaillah as-sykandari :
“SIKAP PASRAH TANPA USAHA MERUPAKAN SIKAP KUFUR YANG HALUS SEDANG USAHA TANPA TAWAKAL MERUPAKAN BENTUK KESOMBONGAN YANG TIPIS “
“SIKAP PASRAH TANPA USAHA MERUPAKAN SIKAP KUFUR YANG HALUS SEDANG USAHA TANPA TAWAKAL MERUPAKAN BENTUK KESOMBONGAN YANG TIPIS “
MAKSUDNYA ialah sikap pasrah tanpa di ikuti dengan ikhtiar (usaha )
dapat di sebut kufur karena mengesampingkan potensi anggota badan
termasuk pemanfaatan potensi akal, pada golongan ini mereka begitu
percaya pada takdir hanya saja mereka memandang segala sesuatu nya
dengan dalil takdir, seperti kita mendapati orang yang bermalas-malasan,
atau melakukan sesuatu yang mudharat ( sia-sia ) ,
ia akan cenderung berkata ” ah sudahlah ini kan sudah takdir,.. gue kaya gini kan udah dari sana-nya “,
selanjutnya mengapa USAHA tanpa TAWAKAL merupakan kesombongan yang tipis ?
ia akan cenderung berkata ” ah sudahlah ini kan sudah takdir,.. gue kaya gini kan udah dari sana-nya “,
hal ini keliru, sebab usaha merupakan
suatu kebutuhan manusia terlebih usaha yang di capai guna mendapat ridho
allah swt, wajar saja orang yang banyak tidur, malas-malasan, suka
bersantai, banyak duduk dengan bermain hape, cenderung beresiko terkena
penyakit karena otot-otot jarang di gerakan yang menghambat perederan
aliran darah terutama ke otak, wajar jika orang yang jarang olahraga
cenderung kurang semangat, mudah lelah, dan merasa berat melangkah,
karena peredaran darah nya kurang lancar dan otot-ototnya atau respon
syaraf nya terganggu. karenanya allah swt telah memberikan hambanya
kesempurnaan, kedua tangan untuk memberi dan menerima, kedua kaki yang
kokoh untuk menuntut ilmu , otak yang cerdas untuk belajar, hati yang
jernih sebagai sumber segala niat baik. oleh karenanya allah swt
menakdirkan kejayaan ( kesuksesan ) kepada orang-orang yang selalu
berusaha ( dalam kebaikan ) dan istiqomah ( mengusahakan kesabaran ) dan
allah swt menghendaki keterbelakangan ( kemunduran ) kepada para
pemalas, sehingga mereka terjebak oleh persepsi lingkungan nya ( fisis
determinism ) , wajar jika ia memandang bahwa perilaku-perilaku dirinya
terutama yang kurang baik , seperti ” gue mah jahat karena gue udah di
takdirkan jahat ” , padahal hal yang perlu di pahami adalah sadari lah
bahwa setiap orang dapat berubah , terutama dari cara pandang nya
terutama mengenai USAHA DAN TAKDIR.
karena, apabila kita
mengesampingkan allah swt dalam segala gerak-gerik usaha kita, tanpa
peduli siapa yang memberikan kekuatan dan nalar untuk bergerak atau
beribadah lalu kita beranggapan bahwa segala hasil yang di dapat murni
dari hasil kerja keras kita sehingga kita selalu memandang bahwa setiap
keberhasilan sejalan lurus dengan hasil usaha kita , karena kita
cenderung menumpukan segala sesuatu pada anggota badan, hingga apabila
segala nikmat itu kita yang menjemputnya tanpa merasa ada yang
memberikannya maka keadaan ini dapat membuat seseorang menjadi sombong,
walaupun tidak secara terang-terangan.
memang kita selayaknya patut berusaha se-maksimal mungkin untuk
mendapatkan hasil-hasil terbaik karena orang yang hendak mengambil
rambutan ( baca : rezeki ) yang masih di pohon ( muka bumi ) , perlu
usaha-usaha meliputi keahlian memanjat ( ilmu nya ), sehingga dengan itu
ia dapat memetik hasil ( nikmat / kesuksesan ) sesuai yang ia inginkan
baik dengan memanjat langsung atau menggunakan alat . hal ini berbeda
pada kaum fatalis’ jabariya’ yang memandang bahwa dengan diam di bawah
pohon pun ( sikap pasrah ) keberhasilan kalau sudah di takdirkan untuk
nya pasti akan datang ( jatuh dari pohon ), namun waktunya hanya di
habiskan menunggu dan rezeki yang datang pun , kadang bersumber melalui
perantara orang lain ( hasil sedekah ), kadang buah rambutan (
kesejahteraan hidup ) yang di dapat amat sedikit sehingga hidupnya malah
bergantung pada orang lain. hal yang perlu di luruskan ialah USAHA pun
harus di ikuti dengan niat karena allah ta’ala , istiqomah dalam rangka
ibadah, dan paham bahwasanya usaha yang di lakukan segala gerak-gerik
dan ide cemerlang itu bersumber dari karunia allah ta’ala sehingga ia
tidak berpatokan pada hasil ( ambisius ) dan ia memandang usaha yang
dilakukannya pun ialah nikmat yang wajib di syukuri. hal yang saya
tekankan ialah jangan mematok ukuran nikmat-nikmat allah swt atau segala
bentuk keberhasilan dan kesejahteraan dari banyak nya harta, jangan
menjudge si anu miskin karena malas si anu kaya karena pendidikannya
tinggi, tidak seperti itu konteksnya, saya tulis ini sebagai bentuk
afirmasi diri dan sugesti untuk menjelaskan pemahaman yang keliru
mengenai penggunaan dalil-dalil takdir dan kesewenangan usaha manusia ,
agar saya khususnya fokus pada self-evaluation ( muhasabah )
mudah-mudahan dapat di pahami , bahwa usaha merupakan bagian dari
takdir allah swt sehingga dengan memahami hal itu kita selalu tawakal
dan lebih yakin atas rencana-rencana allah swt yang belum semuanya kita
pahami.
Selasa, 31 Mei 2016
Konsep Kebahagiaan
entah kenapa saya ingin menuliskan suatu kalimat yang membentuk " kebahagiaan ",
apa itu kebahagiaan ? rasanya bermacam-macam, ada yang merasa bahagia ketika berada dekat dengan kekasihnya, atau sekedar ngopi bareng bersama teman menceritakan sesuatu yang terjadi di masa kecil. ah rasanya indah bukan, melihat masa kecil kita yang dulu, bermain di alam terbuka, tertawa lepas dan menangis lepas sehingga beban di pikiran tak terpikirkan, indah bukan ? saat kita melihat senyuman seseorang yang kita cintai sekalipun dia tidak mencintai kita,
oh mungkin itu tepatnya miris sekali.
Langganan:
Postingan (Atom)